Grand opening (pengibaran Paskibraka) - Indonesia raya
Hampir sepuluh tahun sudah kakiku melangkah menelusuri sesuatu yang tak pasti, sebuah obsesi dan kepuasan emosi yang tiada henti. Langkah demi langkah berlalu seiring berlalunya waktu yang tiada henti dan tak akan kembali. Masih aku ingat dan selalu terngiang derap langkah dan suara bising bercampur hentakkan bak halilintar yang menyambar ketelingaku.
Nyanyian keharuan itu selalu kudengar tatkala menjelang 17 Agustus-an. Terenyuh dan hatiku tak kuasa tuk mengingat memori itu, "Indonesia tanah airku, tanah tumpahdarahku.....hiduplah Indonesia Raya....."perlahan menetes air mataku membasahi kedua pipiku dengan nafas yang terengah - engah dan batinku terus berteriak mengingat keharuan itu. Kulihat dengan bola mataku yang masih berlinang air mata suasana dalam bus yang membawa rombongan Paskibraka Kabupaten Bekasi menuju tempat tugas. Warna putih PDU I yang masih baru dan wajah-wajah yang tegang itu kulihat terus - menerus sambil duduk di kursi belakang bersama teman - teman seangkatan. Tak kuasa gemeretak tanganku, sekujur tubuhku dingin, tak kuasa lagi aku menahan haru yang amat sangat. Dadaku semakin sesak, hampir saja suara tangis hatiku meledak, akupun menahannya agar tidak ketahuan teman yang lain, apalagi adik-adikku yang akan bertugas itu. Sungguh aku tak kuasa menahan suara tangis hatiku. Tanpa kusadari lagi aku pun menangis dengan suara tersengal-sengal. Mobil bus yang membawa rombongan itu pun melaju dengan cepat beriring suara tangisku.
PASKIBRAKA '99
Menelusuri Jejak Langkah yang Hilang
Menelusuri Jejak Langkah yang Hilang
Part I
Flas back
Cacapas Panggilanku
Mentari di ufuk timur bersinar terang, cahayanya yang silau dikelilingi warna merah kekuning-kuningan, dan segarnya udara memulai langkahku menghirup dunia baru, dunia yang penuh lika-liku, dunia para pencari hakekat diri, dunia yang penuh tantangan itulah dunia PASKIBRAKA.
Innamal 'amalu binniat, sesungguhnya amal seseorang itu tergantung pada niatnya. Sebuah hadist yang diriwayatkan dari Bukhari Muslim masih kuingat ketika pertama kali sosok kakak kelasku yang berpakaian Paskibra melintas dengan gagahnya bak sang jendral berbintang lima. Derap langkahnya seirama, lenggang tangan dan kaki teratur, badannya yang tegap dan paras wajahnya yang ramah mencerminkan seorang pemimpin. Tulisan "PASKIBRA" yang menempal pada bagian belakang kaos yang dikenakan kakak kelasku itu membuat hatiku bertanya "Apakaha Paskibra itu?.