12 Januari 2009

Opini>Kreatif

RENUNGAN HIKMAH

Kenapa LPBB atau apalah namanya yang pada intinya lomba baris-berbaris yang diselenggarakan oleh PPI Kabupaten Bekasi belakangan ini mulai surut peminatnya dan bahkan nyaris kurang meriah ketimbang LPBB yang diselenggarakan oleh Paskibra Sekolah. Terenyuh hati ini ketika melihat potensi PPI sebagai sebuah publik center-nya Paskibra Sekolah tak mampu bersaing lebih unggul dalam hal kreatifitas.

Apakah yang sedang terjadi atau adakah sebuah revolusi untuk merubah keadaan ini menjadi lebih baik lagi?
Sesungguhnya Allah akan merubah nasib suatu kaum jikalau kaum itu mau merubahnya. Dan Allah telah memberikan 2 jalan, yaitu jalan keburukan dan jalan kejahatan. Manusialah yang diberikan akal untuk memilihnya. Jikalau pandai pasti jalan yang lurus yang akan dipilihnya. Namun jalan yang lurus tak selamanya datar, kadang naik dan kadang pula turun, kadang lurus dan kadang pula berbelok-belok.

Justru dalam hal kreatifitas Paskibra Sekolah lebih maju inilah yang perlu ditanyakan kenapa dan ada apa gerangan yang terjadi dengan PPI Kab. Bekasi. Padahal kalau diteliti secara cermat kemajuan yang terjadi di Paskibra Sekolah justru dimajukan oleh eks PPI Kab. Bekasi juga yang selama ini belum disentuh oleh kearifan dan kebijaksanaan pengurus PPI sehingga mereka lebih memilih almamaternya di sekolah sebagai sebuah ladang untuk mengekspresikan diri. Kita dapat lihat dengan mata kepala sendiri beberapa Paskibra sekolah sudah maju dikarenakan support dari seniornya yang kebetulan jebolan PPI Kab. Bekasi juga.

Kenapa kita tidak bisa merangkul mereka dan mengajaknya untuk bertukar pikiran tentang kampung halamannya yang sekarang sedang risau. Masihkah ada dalam benak mereka secercah rasa kangen pada kampung halaman dan bercita-cita untuk memajukan PPI sebagaimana mereka berambisi untuk menjadikan Paskibra Sekolahnya sebagai sebuah permainan baru.

Wahai kawanku, janganlah kita menutup pintu rumah kebersamaan ini, jangan pula kita menjadi apatik terhadap mereka, justru mereka ingin berbagi dengan kita, mungkin mereka ingin bercerita atau mungkin mereka ingin mengajak kita menuju sebuah tangga yang akan menuntun kita sampai ke awan dan melihat betapa luas dunia ini. Selama ini kita hanya berada dibawah anak tanggal. Kadang naik dan kadang turun tapi enggan untuk diajak naik sampai kepuncak untuk melihat cakrawala indahnya dunia.

Wahai kawanku kita hanya peduli dengan diri kita dan terkadang arogan. Tengoklah saudara-saudara kita sekolah-sekolah yang dengan semangatnya berlatih baris-berbaris untuk mengibarkan bendera merah putih. Bendera yang sama-sama kita kibarkan setiap tanggal 17 Agustus. Lalu apa yang harus kita sombongkan dari mereka? Bukankah bendera yang kita kibarkan sama. Kita selalu melihat diri kita lebih tinggi dari mereka padahal mungkin mereka lebih arip dan bijak melihat kita.

Tapi mereka semangat dan tak mau menyerah untuk memajukan almamaternya walau terkadang harus mendapatkan cercaan dari orang lain tapi mereka menjalaninya dengan lapang dada sebagai pelajaran yang membawa hikmah.

Disinilah tempat kita menaruh harapan panjang tentang sebuah mimpi. Mimpi tentang kemajuan PPI sampai puncak kejayaan. Saudaraku sebangsa dan setanah air waktu memang bergulir begitu cepat dan tak terasa sekarang sudah menapaki kehidupan yang baru, kehidupan yang lebih pelik, kehidupan yang lebih kompleks. Namun beban moral maju dan mundurnya PPI ada dipundak kita. Akankah kita pikul sendiri atau pikul bersama?

Sebentar lagi satu persatu dari kita akan menuju pada kehidupan yang baru itu, sudahkan kita memberikan kontribusi kepada PPI? Sudahkan kita sisihkan sedikit waktu luang untuk berkunjung ke PPI dan memberikan support kepada adik-adik kita yang masih belia itu? Sibuk kawanku, aku ada acara keluarga, aku ada janji dengan teman, oh ya aku akan keluar kota tugas kantor, oh ya istri saya sedang sakit, maaf anak saya sedang sakit pula. Maaf PPI nanti saja kalau sempat saya datang.

Masihkah ada waktu walau satu menit saja untuk memikirkan PPI ? Saudaraku sesibuk apapun orang tua jikalau ada anaknya yang sakit tentu ia akan pulang dan menengok anaknya lalu memberikan belaian kasih dan sayang kepada anaknya. Sungguh belaian orang tua kepada anaknya merupakan obat yang mujarab lebih manjur dari obat dokter. Sedikit saja waktu yang kami pinta darimu walau semenit betapa beratinya itu bagi kami.


created by: arya