20 Mei 2009

Cinta

SEBUAH ARTI CINTA
Oleh : Arya

Fitrah manusia diciptakan berpasang-pasangan dan saling membutuhkan satu sama lain. Begitulah manusia, sebagai mahkluk Tuhan Yang Esa. Dalam istilah sosiologi manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, sosok yang saling membutuhkan dan tidak bisa hidup sendiri. Dan tidak hanya manusia yang ditakdirkan untuk hidup berpasang-pasangan, hewan, benda-benda dan tumbuh-tumbuhan. Sungguh Maha Adil Tuhan menciptakan mahkluk-Nya.


Diciptakannya laki-laki dan wanita tentu dengan tujuan yang amat mulia, yaitu menyatukan sebuah ikatan cintan yang akan membuahkan regenerasi selanjutnya yang akan meneruskan garis kehidupan oran tuanya begitu seterusnya. Betapa indah sebuah ikatan cinta itu sehingga banyak dari para pujangga yang membuat syair-syair yang begitu indah untuk dibaca dan dihayati maknya yang sangat dalam dan menyentuh. Tentu tidak kalah ketinggalan dengan seniman-seniman yang melantunkan syair-syair cinta lewat lantunan lagu-lagu sehingga memperdayakan pendengarnya yang setia.

Ikatan cinta memang membuat orang kadang tergila-gila, dan membutakan penglihatan, semua menjadi serba indah untuk dipandang. Sungguh indah Tuhan menciptakan cinta, yang kadang dilambangkan dengan bentuk hati/love. Suasana hati yang sedang dimabuk asmara cinta menjadi waktu begitu sangat panjang, setiap saat dan setiap waktu yang diingatnya hanyalah sang pujaan hati. Makan ingat padanya, tidur ingat padanya, mandi ingat padanya, dan seakan dimanapun berada selalu ingat padanya. Semenit bagaikan sehari, satu jam bagaikan sat minggu, satu minggu bagaikan satu bulan dan satu bulan bagaikan satu tahun dan seterusnya-seterusnya sehingga tiada waktu kecuali mengingat sang kekasih. Begitulah cinta bila sudah merasuk dalam hati yang terdalam.

Kita pun tidak pernah menyangka bahwa cinta mampu merubah pandangan seseorang, cinta mampu menjadikan sang kesatria jatuh dari singgasananya dan cinta mampu membuat seseorang menjadi semangat yang sangat menggebu-gebu. Sebagaimana sudah kita dengar dalam berbagai kisah dan ceritra-ceritra dalam sejarah. Sebenarnya apa itu cinta dan bagaimana bentuk cinta? Sulit untuk mendefinisikan cinta karena cakupannya sangat luas dan tidak bisa dipandang oleh pendapat dan pandangan para ahli karena sifatnya yang abstrak.

CINTA YANG HAKIKI

Pernahkan kita bertanya pada diri kita kepada siapa cinta yang hakiki itu kita berikan? Mungkinkah suami, atau mungkin pacar. Tentu tidak wahai kawanku cinta yang sejati itu hanyalah untuk Yang Maha Pencipta, yang telah menciptakan kita dari segumpal darah yang dibentuk. Kenapa cinta yang hakiki itu hanya milik-Nya? Tentu hanya Dia-lah yang berhak dicintai dengan cinta yang setulus hati dan bukan kepada mahkluk yang sifatnya fana. Seandainya kita mencintai seorang suami tentu cintanya itu akan terputus jikalau ia sudah meninggal, atau cinta kepada pacar yang sangat setia tentu kesetiaannya itu akan putus bila ia bukan jodoh kita. Wahai saudaraku betapa Tuhan sangat cinta kepada kita. Setiap hari kita dapat memakan makanan yang enak dan minum dengan aneka minuman yang beragam. Setiap hari kita tidur dengan nyenyak diatas sebuah kasur yang empuk dan sebagainya. Lalu apakah kita tidak cinta kepada Tuhan yang dengan pemberian-Nya kita dapat menikmati kehidupan ini. Setiap hari kita bernafas dengan bebas dan jantung kita memompa udara tersebut melalui paru-paru apakah Tuhan meminta imbalan atas setiap tarikan nafas yang kita hirup? Wahai saudaraku cinta kepada makhluk hanya cinta yang terkadang dibumbui oleh nafsu syahwat sedangkan cinta kepada Tuhan adalah cinta yang murni dan sejati.

Kepada siapakah lagi cinta itu harus kita berikan. Mungkinkan kepada sang bidadari pujaan hati ataukah kepada sang suami idaman yang selalu menyayangi disaat suka dan duka. Masya Allah sungguh kalau demikian kita amat keji wahai sudaraku. Bukankah Nabi yang Mulia telah memberitahukan kepada kita bahwa cinta kita kepada mahluk Allah itu diawali dengan cinta kepada sang Ibunda. 9 bulan mengandung dengan lelah dan letih, setelah lahir menyusuinya, menyuapinya, memandikannya, membersihkan kotoran, menyekolahkan, menyayangi sampai sekarang kita beranjak besar. Apakah itu tidak cukup bagi kita untuk mencintai lebih dari segalanya di muka bumi ini. Wahai saudaraku tiada yang sanggup membalas jasa ibunda, selain ketaatan kepadanya. Dengan kasih sayangnya kita menjadi mahkluk yang sempurna, mahluk yang cantik, mahluk yang cerdas sehingga dapat berfikir logis, idealis, dan ilmiah. Lalu mampuhkah kita untuk mencintai sebagaimana ia mencitai kita sewaktu kecil dahulu.

Tidak ada komentar: