27 Juni 2009

Bhutan Negara Terbahagia Di Dunia (1)

KONSEP MENARIK DI MANA NEGARA - NEGARA PELAHIR KONSEP PENDAPATAN PER KAPITA HARUS MENGEVALUASI ULANG VISI DAN KNSEP PEMBANGUNAN NEGARA GROSS NATIONAL HAPPINES ( GNH )/ TINGKAT KEBAHAGIAN NASIONAL.


Bhutan Negara Terbahagia Di Dunia (1)


Bhutan terletak di bawah pegunungan Himalaya, tanahnya tidak subur, pertambangannyapun tidak kaya, pendapatan warganya tidak tinggi, tetapi toh termasuk salah satu negara terbahagia di dunia. (PHOTOS.COM)
Bhutan terletak di bawah pegunungan Himalaya, tanahnya tidak subur, hasil tambangnya tidak banyak dan pendapatan warganya tidak tinggi, akan tetapi ia termasuk salah satu negara terbahagia di dunia.

Kerajaan Bhutan yang terletak di bawah pegunungan Himalaya antara Tiongkok dan India, pada 1865 menjadi protektorat Inggris dan 1949 dialihkan kepada India.

Nama negara Bhutan dalam bahasa lokal ialah: Druk Yul, yang bermakna Tanah Naga Guruh, lagu kebangsaannya ialah Drukyle (Kerajaan Naga Guruh). Arti Bhutan dalam bahasa Sansekerta ialah “Dataran tinggi di sebelah Tibet”, agama Budha aliran Tibet (Tantrayana) mempengaruhi kepercayaan dan gaya hidup rakyat setempat..

Dalam hal ini bisa dicermati dari bendera kebangsaan Bhutan, yakni bendera nasional Bhutan terbagi oleh garis diagonal yang membentuk 2 segitiga dengan warna kuning emas dan merah jeruk serta pada garis diagonalnya terdapat seekor naga terbang putih.

Bendera nasional Bhutan (WIKIPEDIA) dan Kupu-kupu Bhutan

Warna kuning emas melambangkan kekuasaan raja; warna merah jeruk adalah warna jubah Lama (biksu) Tibet yang melambangkan kekuatan spiritual agama Budha; naga putih nan bersih melambangkan negara Bhutan ini, sedangkan mutiara putih digenggamannya melambangkan kewibawaan dan kesucian.

Selama ratusan tahun Bhutan tidak memiliki sistem sensus kependudukan yang lengkap, maka itu statistik kependudukan Bhutan tidak akurat, diperkirakan berpenduduk sekitar 700.000 hingga 1.500.000 orang; terutama didominasi suku Tibet dan suku Nepal.

Suku Tibet terutama menetap dan tersebar di bagian barat, kurang lebih 65% dari populasi keseluruhan. Suku Nepal tersebar di bagian selatan, sekitar 35%. Selain itu masih ada suku India.

Bhutan adalah negara agama yang seluruh warganya beriman, ada sebanyak 75% warga menganut agama Budha Tantrayana aliran Tibet, sebanyak 25% menganut agama Hindu.

Pengalaman kebahagiaan Bhutan

Bhutan disebut sebagai “Shangrilla di kaki gunung Himalaya” yang 97% rakyatnya menganggap diri mereka sangat berbahagia.

Bukannya kebahagiaan yang berasal dari pemuasan nafsu dunia fana, melainkan berasal dari iman dan konsep tahu-cukup.

Orang Bhutan beranggapan kemiskinan yang sesungguhnya adalah apabila tak mampu beramal kepada orang lain, mereka sudah sangat puas asalkan memiliki sawah dan rumah.

Dikarenakan mereka adalah umat Budha, maka mereka tidak membunuh makhluk berjiwa, itulah sebabnya mereka mengimpor daging dari India. Namun demikian di atas meja makan jarang terlihat makanan jenis daging, melainkan makan sayur-sayuran atau produk dari susu sudah membuat mereka puas.

Pengalaman kebahagiaan Bhutan berasal dari Jigme Singye Wangchuck IV, sang mantan raja yang tidak mendahulukan perkembangan ekonomi melainkan mendirikan sebuah negara yang berbahagia sebagai amanah jabatannya, dengan kesetaraan, kepedulian dan konsep ekologi menyulap Bhutan menjadi negara besar dalam hal kebahagiaan.

Pada 2005, Bhutan menjadi fokus berbagai media besar seantero dunia, “Model Bhutan” ciptaannya, teori Gross National Happiness (GNH) yang ia usulkan memperoleh perhatian seksama masyarakat internasional dan menjadi tema pelajaran ilmu ekonomi yang digandrungi para pakar dan institut penelitian sebagian negara seperti AS, Jepang dan lain-lain. Konsep “baru” dalam pandangan negara maju pada abad-21 ini, di Bhutan diam-diam telah dijalankan selama hampir 30 tahun lamanya.

Yang disebut “Model Bhutan” ialah mementingkan perkembangan yang seimbang antara materi dan spiritual, perlindungan terhadap lingkungan hidup dan proteksi terhadap kebudayaan tradisional diletakkan di atas perkembangan ekonomi, standar untuk pengukuran perkembangan ialah Gross National Happiness (GNH).

Raja Wangchuk sangat memperhatikan pelestarian lingkungan hidup Bhutan, ia memberlakukan larangan merokok di seluruh negeri, melarang impor kantong plastik. Selain itu pemerintah menentukan, setiap orang setiap tahun minimal harus menanam 10 batang pohon..

Angka cakupan hutan belantara di Bhutan sebesar 72% berada pada urutan nomor 1 di Asia. Sebanyak 26% tanah di seluruah negeri dijadikan taman nasional.

Pada 2005 Bhutan memperoleh hadiah “Pengawal Bumi” dari Pelestarian Lingkungan Hidup PBB (United Nations Environment Programme, UNEP).

Demi melindungi lingkungan hidup dan kebudayaan mereka, Bhutan rela “mengurangi profit” dan mempunyai pertambangan tapi tidak dibuka.

Orang Bhutan beranggapan, “Kehidupan yang benar-benar bernilai, bukannya hidup di tempat dimana dapat menikmati materi tingkat tinggi, melainkan memiliki taraf spiritual dan kebudayaan yang kaya.”

Di sebelah selatan ibu kota yakni kota kabupaten Chukha terdapat sebuah saluran bawah tanah sedalam 100 meter yang menuju ke PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Bhutan.

Demi melindungi hutan dan kontur tanah, proyek yang semestinya bisa diselesaikan dalam tempo 4 tahun, mereka malah memilih waktu 12 tahun untuk menembus gunung sejauh puluhan kilometer. Air salju dari gunung yang tinggi dialirkan ke bawah tanah. Sedangkan pada dinding pembangkit listrik itu dipajang 12 lukisan raksasa tentang kisah sang Budha.

Oleh karena tidak menghendaki turis yang meluber dapat merusak tradisi kebudayaan dan ekologi, maka barang siapa yang memasuki Bhutan diharuskan membayar biaya visa sebesar US$ 200 (sekitar Rp 2 juta), membatasi dengan tarif tinggi agar Bhutan tak mengalami pencemaran yang berlebihan yang dibawa dari dunia luar.

Pada akhir 2004, pemerintah Bhutan mengumumkan perintah pelarangan merokok di seluruh negeri. Ini adalah pelarangan merokok total kali pertama di dunia, para warganya dilarang menghisap rokok di tempat umum maupun lokasi terbuka manapun.

Bhutan menerapkan aturan umum bahwasanya laki-perempuan harus mengenakan model busana nasional, kaum prianya berupa sepotong rok terusan yang setinggi lutut, disebut sebagai Gol, kaum perempuan dengan model 3 potong, panjangnya mencapai tungkai dan disebut Kira.

Penghasilan Bhutan terutama berasal dari hasil pertanian. Dewasa ini, setiap warga Bhutan diperbolehkan mengajukan permohonan tanah pertanian di desa kepada pihak pemerintah.. Mereka membajaknya dengan cara tradisional dan tidak menggunakan pupuk kimia. (De Youshan/The Epoch Times/whs)

Bhutan Negara Terbahagia Di Dunia (2)



Kiri: Jigme Singye Wangchuck IV, sang raja yang telah pensiun. Kanan: Jigme Khesar Namgyel Wangchuck V, raja Bhutan saat ini. (GETTY IMAGES)



Kiri: Bandara Paro, satu-satunya lapangan udara Bhutan. (WIKIPEDIA). Kanan: Panorama desa Ura di wilayah Bumthang – Bhutan. (GETTY IMAGES)

Atraksi wisata Bhutan

Setiap tahun pada Maret hingga November adalah musim pariwisata Bhutan, terutama awal musim semi Bhutan pemandangannya teramat indah, tetapi demi melindungi sumber daya lingkungan hidup, jumlah pelancong tetap dibatasi.

Oleh karena Bhutan belum secara total membuka diri untuk pariwisata, maka jumlah kota pariwisata dengan atraksinya tidak banyak. Sebagai lokasi wisata utama ada di lembah sungai pegunungan Himalaya di wilayah tengah, pasar minggu ibu kota Thimphu yang sering dikunjungi wisatawan, setiap hari Minggu selalu dipadati pengunjung.

Di tempat itu selain dijual barang keperluan sehari-hari dan benda yang bercirikan lokal, juga terdapat benda kesenian rakyat seperti buku kuno dan barang antik, selalu saja menyedot banyak sorotan mata dan dana wisatawan.

Juga terdapat pemandangan yang wajib dikunjungi wisatawan seperti: bangunan bercorak Dzongpa, perpustakaan negara (tampak luarnya mirip kuil Lama), istana sungai Wang Chu dan kompleks stupa Sarira Maha Guru Padmasambhava.



Tengah: Punakha Dzong yang megah, ikon gaya bangunan kuil Bhutan, didirikan pada 1636, nomor 2 tertua di Bhutan. (PHOTOS.COM) Kanan: Kuil Sarang Harimau.(PHOTOS.COM)

Tashicho Dzong (大西丘宗), kuil Lama (biksu) tertua dari abad ke-13 sebagai pusat politik dan ekonomi penting, juga merangkap sebagai parlemen Bhutan. Dewasa ini di dalam kuil itu masih tinggal sejumlah 1.500 hingga 2.000 orang Lama. Politik-ekonomi dan agama di Bhutan senantiasa eksis dengan damai pada sebuah gedung yang sama.

Bangunan klasik itu dipergunakan sebagai kantor kerja sang raja beserta para pejabat tingginya, bersamaan juga sebagai lokasi aktivitas politik dan ekonomi pemerintah setempat. (Catatan: pusat politik-ekonomi di berbagai lokasi di Bhutan disebut Zhong (宗))

Paro Dzong yang terletak di kota Paro didirikan di atas Walled City dengan ketinggian 2.000 meter DPL (Di atas Permukaan Laut), bekas gedung kongres lama, pernah pula sebagai benteng yang kokoh tak bisa dibobol. Paro adalah kota terbesar ke dua di Bhutan, disebut sebagai kampung halaman sang Naga Guntur, satu-satunya bandara di Bhutan, penduduknya sekitar 6.000 orang..

Dongay Dzong adalah kuil kuno yang didirikan pada abad 17 di atas tebing terjal setinggi 900 meter, goa harimau tempat Maha Guru Padmasambhava berkultivasi, juga sebagai lokasi latar belakang pengambilan film Budha-Hidup Cilik, masih bisa disaksikan bekas kebakaran pada 1951.

Kuil Goa Harimau (Taktshang Goemba) adalah kompleks kuil Budha paling disucikan di seluruh Bhutan. Menurut catatan kitab/buku kuno, tatkala pada abad ke-8, Maha Guru Padmasambhava menunggang seekor harimau-terbang dari Tibet tiba di tempat tersebut untuk menaklukkan siluman iblis, dan pernah berkultivasi di tempat itu selama 3 bulan.

Sebuah menara pengamatan yang pada mulanya didirikan di atas gunung pada 1641 kemudian dinamakan Ta Dzong, tampak luarnya bagaikan sebuah benteng silindris. Kini telah diubah menjadi museum sejarah.

Tarian topeng Bhutan adalah pertunjukan kesenian ternama di seluruh dunia, ia adalah tarian bermakna ajaran keagamaan.

Selain itu, pabrik kertas Bhutan masih mewarisi teknik zaman nenek moyang, selain memberitahu kepada para wisatawan semacam teknik pembuatan kertas yang tanpa mencemari lingkungan, juga ia sendiri mewujudkan suatu spiritualitas. Bertindak selaras dengan hukum alam selain tidak bakal mencemari lingkungan, orang-orang masih bisa hidup dengan gembira di bawah naungan alam.

Sebetulnya konseplah yang menggerakkan perasaan manusia, bukan materi yang terlihat di permukaan. Sejak zaman kuno hingga kini dalam berbagai macam lingkungan, perasaan manusia tetap sama.

Manusia beranggapan mengejar kesuksesan ekonomi barulah sumber muasal kebahagiaan total, akan tetapi negara bahagia Bhutan menunjukkan kepada kita, sesungguhnya bukanlah demikian. (De Youshan/The Epoch Times/whs)

Tidak ada komentar: