10 Juni 2009

Sosial

Keberuntungan Milik Siapa?
Oleh : Kang Arya

Kerasanya kehidupan nyata sungguh pahit rasanya, tak semanis yang kita bayangkan. Berkelok, turun naik seperti roda dan jarum kehidupan yang silih berganti, pasang surut seperti air lautan. Tak ubahnya dengan nasib keberuntungan, dan memang kita ditakdirkan dalam berbagai keberuntungan.

Sepatutnya kita bersyukur dengan kondisi yang sekarang kita miliki, makan cukup, ditur enak, mengenyam pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi, rumah yang nyaman dan berbagai fasilitas dunia yang mengasyikan dan melenakan. Sampai pada akhirnya kita lupa dengan berbagai keindahan fatamorgana dunia. Kita sendiri lupa akan sosok-sosok wajah yang mengkerut, dan lesu. Tampak dari mimik mereka yang penuh dengan beban.

Setiap hari kita tertawa dengan riang seakan tiada dosa setitik pun. Sungguh ironi dan tak bermartabatnya diri kita ini. Bukankah kita adalah makhluk sosial yang diajarkan untuk bersama, saling berbagi satu sama lain. Mengapa tak sedikitpun dalam hati kecil kita ini terbersit iba untuk memikirkan atau bahkan berdo'a untuk saudara-saudara kita yang sedang mengkerutkan wajah menunggu nasib keberuntungan.

Milik siapakah nasib keberuntungan itu? Milik kitakah atau milik orang lain. Selalu saja kita memandang keatas dalam kehidupan dan kekayaan serta jabatan. Sungguh enak dan mengasyikan bila saya jadi orang itu, dalam hati kecil kita bertanya. Selalu saja begitu. Kita lebih enak memandang struktur nilai fisik dari seseorang bukan karena nilai sosialnya. Pernahkah kita melihat kebawah, bertanya pada strata ekonomi bawah? Satu golongan yang sangat minim dengan serba kekurangan.

Kesibukan dan aktivitas yang sehari-hari kita lakukan kian hari mengikis secara perlahan rasa iba dan nilai-nilai sosial. Nampak sekali setiap hari, bulan bahkan tahun taraf hidup kita terus meningkat bukan untuk kebersamaan tetapi untuk di enyam sendiri. Memuaskan nafsu keinginan yang tak pernah habis rasa kepuasannya. Kecuali selalu bersyukur dengan apa yang ada.

"SESUNGGUHNYA NIKMAT MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN"

Tidak ada komentar: