10 Februari 2009

Catatan

Catatan Redaksi
Kang Arya

Sebuah fenomena baru muncul sebagai paradigma wacana berpikir yang amat klasik tentang masa depan Paskibra. Menggejalanya obsesi menjadi sang penakluk daerah malah menjadi permusuhan antar Paskibra Sekolah. Tak terlintas oleh kita bahwasannya ada sisi negatif dari LPBB yang dilaksanakan dibeberapa daerah bahkan di Kabupaten sendiri. Pasalnya kegiatan LPPB sendiri bukan malah menjadi ajang silaturahmi tetapi sebaliknya menjadi ajang permusuhan dan gontok-gontokkan antar Paskibra Sekolah. Sekolah A mengklaim bahwa sekolahnya lebih baik dan sekolah B mengklaim pula bahwa sekolahnya juga lebih baik dan begitu seterusnya. Yang menang kadang menjadi congkak dan yang kalah semakin gusar karena tidak mendapatkan prestise di daerahnya sebagai jawara.

PPI sendiri yang dianggap sebagai oposisi tak mampu memberikan sumbangsih atas fenomena yang terjadi. Lalu siapakah yang akan menjadi penengah permasalahan ini. Jika tidak segera diselesaikan dengan perdamaian dikhawatirkan Paskibra Sekolah akan menjadi semakin gontok-gontokkan.

Kian tahun LPBB semakin menarik dan semakin wah. Nampaknya tidak bisa dihindari lagi obsesi ini terus berlanjut dan menjadi wacana yang panjang untuk dibahas. Setiap pelatih Paskibra Sekolah sudah mencanangkan untuk bertanding disetiap even lomba tersebut, ketimbang memperhatikan masa depan dan pola pendidikan Paskibra yang kian menurut dan surut dari nilai-nilai kedisplinan.

Justru semakin banyak lomba kegiatan pembinaan akan semakin berkurang bahkan nyaris tak dihiraukan. Akhirnya pembinaan Paskibra yang merupakan ujung tombak dan pelatihan Paskibra tersingikirkan hanya untuk mendapatkan prestise sang juara. Nyaris pula dari sebagian anggota Paskibra mulai tersingkir dari kepengurusan OSIS disekolahnya. Berbeda pada tahun-tahun sebelum maraknya LPBB gaya kepemimpinan Paskibra yang khas itu masih melekat dalam sistem kepengurusan OSIS. Bahkan kebanyakan mereka menjabat sebagai pengurus OSIS dan juga sebagai pengurus Paskibra. Entah kenapa pola kepemimpinan itu hilang begitu saja.

Perlahan-lahan pola pendidikan Paskibra pun kian berubah mengikuti perkembangan zaman, demikian pula perwatakan anak-anak sekolah zaman sekarang. Sebagai alternatif itu banyak percobaan sudah dilakukan untuk mendapatkan bibit-bibit paskibra yang unggul namun sayang pada kenyataannya tidak bisa pola pendidikan dahulu dikembalikan dan diterapkan pada zaman sekarang ini. Pasalnya Undang-undang tentang hak asasi manusia semakin gencar. Kontak fisik yang kerap suka terjadi pada saat latihan kini mulai hilang mengingat aturan pemerintah yang mengatur tentang pendidikan disekolah.

1 komentar:

satriadigital mengatakan...

asslmlkm kang





mo usul


ppi perlu mengadakan suatu sosialisasi atau kegitan yang benar2 bisa mengakrabkan para paskbra sekolah dalam membangun silaturahmi yang sehat..........






lpbb merupakan momentum yang tepat untuk ppi mengadakan kegiatan keakraban tersebut.........







ppi pasti bisa menjadi fasilitator untuk mengakrabkan silaturahmi antar paskibra skolah...........:D












-ghoen 05-







satriadigital.wordpress.com